Senin, 29 Mei 2017

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

ILMU EKONOMI MIKRO
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Asumsi dan definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :
• Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti trust.
• Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
• Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan sosial).
• Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat sempurnakebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah “lemon” (produk yang menyesatkan).
Biaya peluang
Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.
Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam – tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.
Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.
Penerapan ekonomi mikro
Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.
Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan
finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Mekanisme harga dan Sistem Pasar
Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :
1. Sektor proses produksi
2. Sektor rumah tangga.
Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :
1. Pasar hasil produksi (atau pasar output)
Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.
2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).
Di pasar input, sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor rumah tangga sebagai “penjual” faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana). Harga berbagai faktor produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor produksi mempunyai dua fungsi:
a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksiagar biaya produksiserendah mungkin (masalah HOW).
b.Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor produksi (masalah FOR WHOM).
Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :
1.Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada perencanaan lebih dulu.
2.Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.
Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme pasar. Karena :
1.mekanisme ini bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi masyarakat dengan biaya yang sangat murah.
2.Tidak perlu masyarakat menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan berapa masing-masing barang yang harus diproduksikan, bagaimana dan untuk siapa.
Pada masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut menimbulkan :
1.Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas.
2.Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas masyarakat tersebut.
3.Barang-barang modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tersebut tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.
4.Setiapaktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-barang modal;
5.Barang-barang ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal yang telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan.
Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga.
1.Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersediamenyisihkan lebih banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada produsen-produksen ( Kredit ke bank) untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan penambahan barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan berupa bunga yang lebih tinggi.
2.Sebaliknya bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.
ØKeberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan seberapa besarnya investasi.
Økarena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan produktivitas.
ØKenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan penghasilan masyarakat.
#Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi pokok yang keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah HOW FAST
PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA
Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi. Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik yaitu :
a.Distribusi pendapatan.
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.
b.Ketidaksempurnaan pasar
Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.
c.Barang-barang kolektif
Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.
d.Eksternalitas
Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan ).
e.Pengelolaan perekonomian secara makro
Dalam perekonomian Makro Mekanis­me pasar tidak bisa diandalkan untuk menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara total.
Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi” yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang berbeda).
PERMINTAAN PASARdan PERILAKU KONSUMEN
Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :
1.Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
2.Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.
PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Hukum Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.
Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :
  1. Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain (utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
  2. Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsu­men bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility sebagai berikut:
(a)Utility bisa diukur dengan uang, dan
(b)Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tam­bahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan
(c)Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).
Pada Gambar1 marginal utility diatas :
1.Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].
2.Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebihrendah dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).
Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah pembelian barang X.
3.Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X2D (= OPx); jadi
4.Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi (pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yangmaksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan total maksimum tercapai bila :
Penjelasannya :
1.Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.
2.Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :
1.Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.
2.Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :
Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).
Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).
PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve sebagai berikut:
(a)konsumen mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari indifference curve,
(b)konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan
(c)konsumen lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.
Definisi: Indifference curve adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasanyang sama.
Asumsi: Indifference curve :
a.turun dari kiri atas ke kanan bawah,
b.cembung ke arah origin,
c.tidak saling memotong,
d.yang terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi ( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)
Gambar
Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X
memperoleh sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh M/Pyatau membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Pxdan M/Py
Garis ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY 1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference curve.
(Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I 1).
bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y tetap. Maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garisM/Py <-> M/PxPosisi equilibrium yang baru adalah pada C.
Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen
Menurut Hukum Permintaan terbukti.
Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility, adalah :
(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,
(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari penurunan harga :
·barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect dan X2 X3 = income effect.
·Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih rendah dibanding harga Y.
·Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.
Contoh : Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp 100.000,00).
Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah :
a.Penghasilan atau income riilkonsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian terjadi untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota. Barang inferior tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli adalah barang normal. Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang yang diminta.
06
b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.
07
c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubah­an selera.
ØPermintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris Paribus)
ØPenawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)
Hukum Permintaan
Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama. Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:
Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang
Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah
Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.: Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.
Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:
I. Pengaruh penghasilan (Income effect)
Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.
Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi disebut “income effect’:
2. Pengarub substitusi (Substitution effect)
Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution effect”.
3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)
Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.
Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.
> Persamaan fungsi permintaan
Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam grafik menjadi kurve permintaan.
Kehanyakan kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola. BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:
a
y=—+ b
x
Tetapi untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati” dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
y = mx + b
dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.
Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:
D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)
D: P= 200 + 50 (garis melengkung)
Q
Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.
08
1.2. PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN
Inti dan pengertian permintaan yang dibicarakan sarnpai sekarang adalah hubungan antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG DIMINTA j ika P naik, Qd herkurang; sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah: Q, herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P. Dalam kurve permintaan hubungan tsb. kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah: jika harga barang turun, akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita berjalan dan titik yang satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan yang sama seperti telah digambarkan itu.
Tetapi kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang diminta tanpa ada perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga, tetapi tidak diikuti oleh perubahan dalam jumlah yang mau dibeli. Dalam hal mi kombinasi dan P dan Q semula ternyata sudah tidak berlaku dan dikatakan ada perubahan dalarn permintaan (change in Demand). Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Ceteris Paribus
Daftar permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas dasar daftar tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’. Maksudnya ialah:
dan berbagai faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang diminta dan harga barang ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk sementara waktu tidak diperhatikan dulu, atau dianggap konstan, tidak berubah.
Apa yang dianggap sama?
Faktor-faktor lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum diperhatikan karena dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah:
1. Jumlah pembeli/konsumen
2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan
3. Harga barang-barang lain
4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan
5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan.
Dalam kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa yang terjadi jika satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?
Jika ada perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh permintaan, yaitu kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli sekian] akan berubah juga. Jika digambarkan dalam grafik, seluruh kurve permintaan akan bergeser menjadi kurve permintaan yang baru, yang berbeda dan yang semula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Jumlah pembeli: jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah hanyak juga. dan kurve permintaan akan bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi misalnya karena pertambahan penduduk, perbaikan transport sehingga barang tertentu dapat terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha promosi/perikianan, dsb. Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan akan alat-alat tulis tentu bertambah.
2. Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpcngaruh sekali terhadap permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dan segala macam barang dan jasa.
Dalam hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods (atau juga disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang yang permintaannyajustru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Misalnya orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau jagung, dengan naiknya penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga permintaan akan gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut ‘normal goods’ artinya barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan konsumen naik.
Pengaruh perubahan penghasilan terhadap permintaan akan suatu barang dapat diukur dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan persentase kenaikan jumlah yang diminta dengan persentase kenaikan penghasilan konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.
3. Harga barang-barang lain ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu barang tertentu itu tergantung apakah barang lain itu barang pelengkap (= komplementer), barang pengganti (= substitut) atau barang lepas (= independent! netral).
> Barang pelengkap (komplementer)
Misalnya sepeda motor, bensin dan oli saling melengkapi. Jika harga sepeda motor turun, maka jumlah sepeda motor yang diininta akan bertambah. Akibatnya permintaan akan bensin bertambah pula. Demikian pula permintaan akan oil ikut bertambahjuga.
> Barang pengganti (substitut)
Misalnya kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang lain, kereta api dan bis malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau harga karcis kereta api naik, lebih banyak orang akan naik bis. Jadi bila harga barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang tersebut akan berkurang, tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru akan bertambah.
> Barang lepas (independent)
Barang independent adalah barang yang tidak ada hubungan atau pengaruh timbal-balik satu sama lain. Apabila harga barang lain itu naik, mungkin pendapatan real berkurang (= ada income effect) dan hal mi secara tidak Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah barang/jasa yang diminta.
4. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman, Iingkungan sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Misalnya permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama mode pakaian dapat berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan bahwa harang yang dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man, komputer,jam tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi barang yang biasa.
5. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam
permintaan masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik) sehingga jumlah yang diminta akan naik pada harga yang sama.
Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih dan faktortsb. di atas ialah:
suatu kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti bahwa seluruh permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb. di atas digambarkan dalam grafik, kurve permintaan semula “bergeser” ke kanan atau ke kin menjadi kurve permintaan yang baru.
Pergeseran kurve permintaan
Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan bergeser ke kanan-atas seperti pada gambar dibawah Artinya:
Para konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada tingkat harga yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang diminta bertambah dan 5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).
Jumlah barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya harga naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau dibeli tetap 5 satuan (dan A —> C).
09
Perubahan Dalam Penawaran
ØKurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan Anggapan “ Cateris Paribus “ (bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah )
ØYang dianggap sama Dalam Hal ini :
1.Jumlah Produsen di Pasar
> Jika jumlah Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah , pada tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang ditawarkan untuk dijual di pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena persaingan antara produksen tsb, jumlah yang sama mau dijual juga meskipun pada harga yang lebih rendah.
2.Harga Faktor-Faktor Produksi
>>Bersama dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksimerupakan input dalam proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga bahan baku turun, maka produksen :
dapat menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan /atau.
dapat menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah, ini berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan kebawah.
10
Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik, sehingga biaya produksi bertambah, maka :
Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi
Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.
Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B
3.Harga Barang-barang Lain :
Jika berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama lain (barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.
4.Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.
a.Jika diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang akan menahan barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga memang akan naik >
b.Jika diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang akan menjual semua barang persediannya selama harga belum merosot < dan akibatnya harga memang akan merosot/turun >
ØHarga Pasar
Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
Jumlah yang mau dijualdi tunjukkan dengan Q s
Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
·Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang.
·Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.
·Fungsi Pasar adalah : sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi dapat juga melalui surat atau telepon.
ØPasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruhkeadaan pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
ØPasarPersaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya samaatau homogen. Misalnya barang jenis tertentucontoh ikan lele, karena jumlah penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.
ØHarga Keseimbangan
Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya(= bentuk pasar persaingan).
Dalam tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q) pada berbagai harga(di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
11
Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual (•) dapat digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit;
pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.
Maka berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan kata lain: dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di atas, harga yang manakah yang akan berlaku di pasaran?
Jawabannya ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya, diringkas Demand) dan para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual (Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
12
Keterangan Gambar .
Konfrontasi antara permintaan danpenawaran Bawang Putih
Penjelasan :
a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa icmbeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000 kg!minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau (lihawa pulang, supaya uangnya segera kembali, dli.) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana inenguntungkan bagi pembeli.
b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasara, sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.
Harga Rp 600,- per kg
Pada harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- mi disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran
Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.
13
Keterangan Gambar Harga keseimbangan.
Kurve Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke kanan-atas. Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga itun jumlah yang diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.
Pada harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus hurang yang tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya jada harga lebih rendah daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.
Dan grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada liarga keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus. Surplus mi akan mendorong para penjual untuk menurunkan harga jualnya. Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi jumlah yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para pembeli akan bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum permintaan). Proses mi berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800 akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q. berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.
Demikian pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P <600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage). Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli untuk menawar dengan harga lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan lama? Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga Rp 1000 dan Rp 200.
Satu-satunya harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk menambah/ incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga keseimbangan (Equilibrium price).
Secara matematika
Hal yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya kurve D dan kurve S biasanya berbentuk garis melengkung (hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan, dapat didekati dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan gambar harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P = 1400 — 0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan paris P = —200 + 0,1 Q.
Contoh:
Pemintaan dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus urnum iiiitiik fungsi permmntaan yang berbentuk garis lurus adalah: P = a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.
Ieiiawaran pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan hubungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus umum untuk fungsi penawaran yang berbentuk garis lurus adalah: P = a + mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q.
Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.
14
Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.
Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.
Proses penyesuaian
Harga keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan keinginan penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang diinginkan, tanpa adanya kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak selalu tercapai. mi ternyata dan adanya persediaan barang-barang yang bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan barang yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran diperlukan suatu proses penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu (mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi digambarkan dalam kurve, akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai contoh lihatlah gambar dibawah ini.
15
Keterangan Gambar Proses Penyesuaian.
Pada P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs = 50 hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100, Qd memang 50. tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga akan naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya akan dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya tercapai P = 200 dan Qd Q,s = 30.
Contoh lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :
16
pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit.
pada harga rendah, para pembeli ingin membelibanyak, tetapi para penjualhanya mau menjualsedikit.
Pertanyaan :
1.Berapa harga Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?
2.dari kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang akan berlaku di pasaran ?
Jawaban :
Setelah terjadi interaksi antara pembeli dan penjual, akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga dimana jumlah yang mau dibeli Qd sama dengan jumlah yang mau dijual Qs. Harga inilah yang disebut dengan harga pasar atau harga Keseimbangan.
ØPemahaman Tabel harga pasar semangka .
A. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1.Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa pembeli yang bersedian membayar harga setinggi itu.
2.Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg. tetapi pada harga itu pembeli hanya mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan sebanyak 7000 kg yang tak terjual.
3.Supaya barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga danmenjual barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga Rp. 2000/kg tidak akan berlaku menjadi harga umum dipasaran.
( pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “ Buyer Market “ pasar dikuasai oleh para pembeli. Pembeli dipihak yang kuat, penjual dipihak yang lemah. Situasi ini menguntungkan pembeli.
B. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1.Apakah Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada harga Rp. 400/kg para pembeli hanya mau membeli sebanyak11.000 kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi para penjual hanya menyediakan 6000 kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan (supply) ssebanyak 5000 kg/minggu.
2.Dalam situsi ini jelas ada konsumen yang tidak mendapatkan semangka tanpa biji sebanyak yang diinginkan. Maka tentu ada pembeli yang berani membeli dengan harga yang lebih tinggi.
3.Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi harga yang umum berlaku. Dan apabila terjadi tidak akan bertahan lama.
( pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “ para penjuallah yang menguasai pasar, sedang pembeli pada pihak yang lemah. Karena untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya.
C. Untuk Harga Rp. 1.200/kg.
1. pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini jumlah yang dibeli Qd = 8000/kg dan jumlah yang dijual Qs=8000/kg tepat sama. Tidak ada kekurangan dan tidak ada kelebihan.
2. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi. (cateris paribus)
3. Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga Keseimbangan (equilibrium price), yaitu harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran, atau P dimana Qd = Qs.
Jadi harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus. Biasanya terjadi kegoncangan harga di sekitar titik keseimbangan. Umumnya para produsen memerlukan waktu untuk nienyesuaikan supplynya dengan kebutuhan masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat tertentu, tetapi situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi. Lebih-lebih harga hasil-hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga suatu barang tidak stabil, maka penjelasannya baru kita cari dalam perubahan situasi, entah dan segi Supply, atau dan segi Demand, atau mungkin dan kedua-duanya sekaligus.
Perlu diingat :
1. Rumus UmumFungsiPermintaanadalah :
P = a – mQ
Misalnya : P = 80 – 0,5 Q
2. Rumus UmumFungsiPenawaranadalah :
P = a + mQ
Misalnya : P = 20 + 0,5 Q
3.Rumus UmumHarga Keseimbanganadalah :
Qs = Qd
20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q
ELASTISITAS
> PENGERTIAN ELASTISITAS
Kurve permintaan dan penawaran memperlihatkan bagaimana reaksi pembeli dan penjual (dalam hal banyak-sedikitnya jumlah yang mau dibeli atau dijual) terhadap perubahan harga. Dalam masalah reaksi ini dipertanyakan lebih lanjut: berapa besarnya perubahan harga dan berapa besarnya reaksi tsb. Sehingga para para ahli ekonomi memberikan pengertian “ elastisitas permintaan dan penawaran “
ELASTISITAS PERMINTAAN
Inti pengertian permintaan adalah: hubungan antara HARGA suatu barang dengan Jumlah yang mau dibeli. Bentuk kurve permintaan yang turun ke kanan menunjukkan hagaimana reaksi jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga: kalau P naik, Qd Iislru berkurang, sedang kalau P turun, Qd justru bertambah.
Tetapi reaksi konsumen tidak mesti sama untuk pelbagai macam barang. Untuk heherapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan harga, artinya:
1witihahan harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli hampir tidak berkurang. Untuk iiicnyatakan peka-tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas, tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).
PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN
Ealastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau dibeli) bila ada peruhahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang man dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya dinyatakan dalam %
ØJika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.
Artinya: perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih) hesar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%. Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih besar, misalnya 20%
ØJika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.
Artinya: meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau diheli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah yang diminta hampir tidak bertamhah.
Misalnya harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dli.
Rumus elastisitas permintaan
Elaslisitas permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang di%chiII koelisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan dapat diIiiliiiig dengan hantuan suatu rumus yang sederhana.
Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:
Dibawah ini contoh perhitungan koefisien elastisitas permintaan.
Sebagai contoh kita perbandingkan permintaan akan dua macam barang, yaitu obat nyamuk dan teh hungkus.
Untuk mcmpermudah pcrbandingannya, kedua barang tersehut digambarkan kurve permintaannya dalam satu grafik.. Kemudian kita hitung elastisitas pcrinintaan,misalnya apa yang terjadi dengan jumlah yang diminta (Qd) kalau harga naik dariRp 200,- menjadi Rp 300,-. Perhatikan cara kerjanya!


SISTEM HARGA
Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan, pedagang ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar pertimbangan dan perbandingan harga.
a.NILAI DAN HARGA
Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada waktu itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah pengertian Nilai barang.
ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah membahas masalah ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena berguna untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.
Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.
1.Nilai pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.
2.Nilai pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang karena kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif mi dapat sangat berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan seseorang dan jumlah barang yang tersedia.
Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan dengan barang lain di pasar.
a.Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain.
b.Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan ditukarnya dengan barang lain.
Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur dengan uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga diukur dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk penentuan harga barang tsb.
Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral baik-buruk, halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu barang itu “adil” (wajar/pantas = just price). Karena harga yang diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut mempengaruhi kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai orang mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini khususnya berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.
Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu barang tidak akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi konsumen, tetapi perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.
Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif
ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai (= nilai tukar atau harga) suatu barang diteniukan oleh biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, nilai tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya kerja manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb. Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya bahan-hahan. sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.
DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya produksi hanya pada tenaga kerja nianusia saja. Jadi harga suatu harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang telah dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni dan barang biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh banyaknya pengaguran barang seni tsb.: makin banyak penggernarnya, makin tinggi nilai dan harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang banyak. Teorinya dikenal dengan nama teori nilai kerja.
Contoh:
Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya sebagai misal saja:
Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan
Jagung (kg) 20
Beras (kg) 10
Kain (meter) 80
Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga” 4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg beras cukup untuk membayar ½meter kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.
Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan produksi masih serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih terbatas pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Lagi pula penggunaan baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-barang dipertukarkan dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.
KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher nilai. Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata) yang telah dicurahkan dalam proses produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa laba (selisih antara harga jual suatu barang dan biaya produksinya, atau yang disebutnya “nilai lebih”)
HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan mtnunjukkan hahwa yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah dikeluarkati (= harga histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk rnenghasilkan kembali harang yang sama (= biaya reproduksi).
Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.
Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen saja.
Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen. tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja! Sebenarnya mereka pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka membatasi hanya pada segi hiaya saja. Sementara itusegi kegunaan barang sama sekali diabaikan.



KONSEP DASAR TEORI EKONOMI
1.1      Kedudukan teori ekonomi mikro dalam kerangka ilmu ekonomi
ekonomi mikro dalam kerangka ilmu ekonomi
Masalah ekonomi timbul sebagai adanya berbagai jumlah dan ragam kebutuhan manusia yang sangat banyak, dan alat pemuas kebutuhan sangat relative dibandingkan dengan kebutuhan manusia tersebut.
Dari jaman pra sejarah sampai jaman modern saat ini belum pernah ditemukan suatu masyarakat atau suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi seluruhnya.
Dengan semakin majunya peradaban manusia , manusia semakin cerdas dan semakin banyak alat capital yang mereka miliki. Yang semua ini menigkatkan kemampuan mereka dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya digunakan oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka.Akan tetapi meningkatnya kemampuan ini hampir senantiasa diikuti bahkan didahului oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru.Peningkatan ini sedemikian pesatnya sehingga bangsa yang paling maju sekalipun masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka yang semakin beragam.Menghadapi kenyataan ini maka manusia bertendensi untuk bersikap rasional. Yaitu sepanjang mereka mempunyai pilihan , mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya dari alat pemuas kebutuhan tertentu. Atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan korban yang paling kecil diantara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya mengadakan pemilihan di antara berbagai alternative pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relative terbatas inilah yang kita sebut ilmu ekonomi pemuas atau economics.
EKONOMI MIKRO DALAM KERANGKA ILMU EKONOMI
Ilmu Ekonomi dibagi dalam 3 kelompok Dasar.Yaitu :
– Ekonomi deskriptif : Mengumpulkan keterangan-keterangan factual yang relevan mengenai suatu masalah ekonomi.
– Teori Ekonomi : Bisa disebut economi theory atau economic principal, yang terbagi lagi atas 2 kelompok besar yaitu teory ekonomi mikro dan teory ekonomi makro yang tugasnya menerangkan secara umum perilaku system perekonomian . Bila materi pembahasannya tentang pelaku-pelaku ekonomi yang berada dalam system perekonomian, maka masuk kategory teori ekonomi Mikro, sedangkan bila pembahasan tentang mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan maka akan masuk pada kategori ekonomi Makro.
– Ekonomi Terapan : Menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan keterangan yang dikumpulka oleh ekonomi deskriptif. Dengan menggunakan kerangka penggolongan ilmu ekonomi tersebut, dapatlah dikatakan bahwa materi yang disajikan dalam bahasan ini kalau dilihat isinya dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori ekonomi mikro, yang lazim disebut teori harga atau price teori atau ekonomi mikro atau micro economic.

1.2    Ruang lingkup teori ekonomi mikro

Ruang Lingkup Teori Ekonomi Mikro

Ilmu ekonomi mikro adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan-kegiatan ekonomi secara individual (unit-unit) atau bagian-bagian kecil dari masalah-masalah ekonomi atau secara disagregat.Seperti misalnya kehidupan/kegiatan suatu perusahaan, tingkat harga dan upah, alokasi factor-faktor produksi, dan sebagainya.
Jadi ilmu ekonomi mikro lebih mempelajari secara spesifik terhadap unit-unit dalam kegiatan ekonomi dan apa yang terjadi pada kehidupan ekonomi yang berlangsung.
Pendekatan teori ekonomi mikro menggunakan model-model abstrak di dalam melihat bagaimana terbentuknya harga dari suatu benda dan bagaimana sumber daya yang tersedia dialokasikan kepada berbagai macam penggunaan produksi untuk masyarakat.
Fungsi teori ekonomi mikro adalah hanya bersifat menerangkan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk peramalan, dimana kita dimungkinkan untuk membut suatu peramalan yang bersifat kondisional atau ramalan yang besyarat, dimana syaratnya adalah adanya suatu ASUMSI.
Suatu model yang paling sempurna dalam teori ekonomi mikro adalah model penawaran dan model permintaan, dimana melalui penggunaan model ini maka ramalan yang bersifat kondisional dapat dibuat. Misalnya, dapat dikatakan bahwa bila kurva permintaan mempunyai kemiringan yang negatif dan kurva penawaran mempunyai kemiringan yang positif, maka dengan naiknya harga di atas harga keseimbangan akan menciptakan adanya kelebihan barang di pasar, dan sebaliknya.
Teori ekonomi mikro dapat juga diterapkan pada kebijaksanaan perekonomian, yakni dengan menggunakan teori harga untuk menganalisa tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi perekonomian.
Peranan Matematika dalam Teori Ekonomi Mikro :
Dalam teori ekonomi mikro penggunaan matematika bukanlah merupakan tujuan, tetapi lebih berperan sebagai alat untuk membantu tercapainya tujuan menerangkan dan meramalkan.Melalui penggunaan matematika, maka masalah ekonomi yang banyak mengandung variabel dapat disederhanakan pemecahannya, serta penyajian teori dapat dilakukan lebih singkat. Pada dasarnya setiap teori ekonomi dapat diformulasikan ke dalam model matematis, meskipun penggunaan analisa variabel seringkali tetap diperlukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam hubungan matematis, dan asumsi-asumsi dasar serta kesimpulan yang hendak dicapai

1.3      Asumsi teori ekonomi mikro
Asumsi-Asumsi Yang Dipakai Teori Ekonomi Mikro
Di atas telah disebutkan bahwa teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro, bekerja dengan menggunakan asumsi-asumsi.Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku sangat umum dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro maupun teori ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro saja atau oleh teori ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu ekonomi mikro maupun bagian-bagian tertentu ekonomi makro.Di bawah mi disajikan sedikit uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori ekonomi mikro.

A.   Asumsi Umum.
Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori ekonomi lainnya :
Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi.Pelaku ekonomi yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau economic man.Penggunaan asumsi mi pada teori konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga keluarga senantiasa berusaha memaksimumkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur terbiasa dengan sebutan utility maximization assump tion. Sebaliknya dalam teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani literatur dikenal sebagai profit maximization assumption.
Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi other things being equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi mi ialah bahwa yang mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit dinyatakan berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah, sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi kompleksnya permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan persoalan lebih lanjut.Misalnya saja menurut kenyataan jumlah macam barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X, penggunaan analisa indiferen un tuk menerangkan teori permintaan, jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. mi memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua macam barang atau jasa.

Asumsi Khusus Ekonomi Mikro :
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya dipergunakan oleh teori ekonomi mikro, dalam arti tidak dipergunakan sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya mudah difahami kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai suatu keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu sendiri, dengan demikian tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa teori ekonomi makro banyak menggunakan teori-teori atau kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud dengan asumsi khusus teori ekonomi mikro, hanyalah terbatas kepada asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro akan tetapi tidak selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori ekonomi mikro. Antara lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial dan asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian
Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa ekonomi mikro, seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal-balik antara perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada. Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus memperhitungkan pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan nasional, yang seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan asumsi ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.
Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen melaksanakan penyesuaian atau adjustment. Menurut kenyataan banyak hambatan-hambatan yang menyulitkan pelaksanaan penyesuaian tersebut.Faktor-faktor, seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk mengadakan penyesuaian tersebut.Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa hambatan hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.

1.4      alat analisis teori ekonomi mikro
ALAT-ALAT ANALISIS DALAM ILMU EKONOMI
Ilmu  ekonomi  memerlukan  beberapa  alat  analisis  untuk menerangkan teori-teorinya  dan  untuk menguji kebenaran teori=teori tersebut .yaitu :

    Peranan grafik  dalam analisi   ekonomi
Teori  dan penjelasan ilmiah  memerlukan alat-alat agar   dapat dengan mudah  di mengerti. Dalam ilmu ekonomi  usaha untuk memberikan  penerangan yang lebih jelas  mengenai  teori-teori ekonomi  dilakukan dengan  bantuan  grafik dan kurva .

    Sifat-sifat grafik
Suatu grafik mempunyai dua sumbu: sumbu datar dan sumbu tegak.Sumbu datar adalah  sumbu yang letaknya horizontal,sedangkan  Sumbu tegak  adalah sumbu yang tegak lurus  pada sumbu horizontal.pertemuan di antara sumbu tersebut di namakan  origin  atau titik asal.

2.      MASALAH EKONOMI
a.        Kelangkaan sebagai sumber masalah
Kelangkaan Sumber Ekonomi
Inti masalah ekonomi adalah keinginan yang tidak terbatas namun dengan alat pemenuh kebutuhan yang terbatas. Alat pemuas kebutuhan berupa barang atau jasa dengan sumber  daya yang sudah tersedia. Sumber daya yang tersedia bersifat  terbatas dan langka. Jadi, kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan dengan sumber-sumber yang bersifat terbatas akan menimbulkan kelangkaasn sumber daya tersebut.
Contoh kelangkaan ekonomi:
 1). Kelangkaan sumber makanan pokok  masyarakat seperti padi, gandum, dan sumber makanan pokok lainnya.
2). Kelangkaan BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin, solar, dan lain-lain.
 Kelangkaan sumber ekonomi manusia dibagi menjadi 3 (tiga):
1). Kebutuhan manusia yang tidak terbatas
Kebutuhan manusia memiliki 2 (dua) sifat yaitu sifat keberanekaan ragam dan tidak dapat di puaskan dengan barang atau jasa.Hal tersebut yang membuat kebutuhan manusia tidak terbatas.
Contoh kebutuhan manusia yang tidak terbatas: 1). sesorang ingin memiliki sepeda untuk mendukung ia melakukan aktifitasnya sehari-hari namun sesudah memiliki sepeda Ia akan menginginkan sepeda motor untuk mendukung aktifitasnya sehari-hari. Dan kemudian setelah memiliki sepeda motor Ia akan menginginkan yang lebih seperti motor yang lebih bagus ataupun Mobil.

b.        3 masalah pokok ekonomi
Masalah pokok ekonomi dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
Menurut Teori Klasik, yang dipelopori oleh Adam Smith terdiri dari :
1.     PRODUKSI
Produksi adalah segala tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan nilai guna / manfaat dari suatu barang.
Karena sifat manusia yang tidak pernah mengalami tingkat kepuasan yang hakiki, maka berapapun yang diproduksi selalu tidak pernah mencukupi kebutuhan manusia; sehingga selama itu pula produksi menjadi masalah pokok ekonomi.
2.    DISTRIBUSI
Distribusi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan atau menyalurkan barang hasil produksi dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir/pemakai.
Yang termasuk kegiatan distribusi diantaranya : Pengemasan, pensortiran/pemilahan, pengepakan, penyimpanan/pergudangan, pengangkutan, dll
Distribusi dapat dibedakan menjadi 2 cara :
1.     Distribusi langsung, dimana barang hasil produksi langsung disalurkan ke konsumen akhir/pemakai.
2.  Distribusi tidak  langsung, dimana dalam penyalurannya melalui beberapa perantara, seperti : agen, grosir, eksportir, importir, komisioner, makelar, pedagang eceran, dll. Semakin panjang mata rantai penyaluran sangat dimungkinkan harga yang ditanggung konsumen akhir lebih mahal.
3. KONSUMSI
Konsumsi adalah segala tindakan yang tujuannya menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang.
Kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh 2 faktor :
1. Faktor Internal, seperti : pendapatan, selera karakter, kepribadian, motivasi.
2. Faktor Eksternal, seperti : kebudayaan, peradaban, lingkungan, status sosial, kebijakan pemerintah, dll.



Menurut Teori Modern
Menurut Paul A Samuelson, seorang pakar ekonomi, membedakan masalah pokok yang dihadapi oleh perekonomian, yaitu :
1. Apa yang akan diproduksi (What) Karena keterbatasan sumber daya faktor produksi, maka harus hal yang tidak mungkin akan memproduksi sebanyak-banyaknya, maka harus dilakukan pemilihan barfang apa yang harus diproduksi serta berapa jumlahnya.
2. Bagaimana proses produksinya (How) Hal ini sangat tergantung dari ketersediaan sumber daya faktor produksi dari setiap wilayah/negara. Bagi negara maju akan menggunakan faktor produksi padat modal dengan teknologi majunya, sementara bagi negara yang berkembang akan menerapkan teknologi menengah tanpa mengesampingkan pendayagunaan sumber daya manusia yang ada sehingga tidak terjadi pengangguran yang tinggi.
3. Untuk siapa hasil produksi ditujukan (for Whom) Untuk masalah yang satu ini, pertimbangan ditujukan bagaimana caranya agar hasil produksi dapat memenuhi kebutuhan utama masyarakat serta dengan tingkat harga yang terjangkau oleh masyarakat yang menjadi pangsa pasarnya.

Menurut Richard Lipsey, menambahkan permasalahan perokonomian secara makro, yaitu  tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan kapasitas produksi.
3.      KEGIATAN EKONOMI
a.        Putaran kegiatan ekonomi












b.        Produksi
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena menyangkut kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan konsumsi akan menjadi langka dan masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, manusia harus berusaha memproduksi barang dan jasa agar alat pemuas kebutuhannya terpenuhi.
1.         PENGERTIAN PRODUKSI
A.        Pengertian produksi dalam Arti sehari-hari
Setiap hari manusia selalu menggunakan barang untuk memenuhi kebutuhanya. Barang-barang tersebut tidak akan tersedia apabila tidak ada yang menghasilkanya. Contoh: Di daerah pedesaan para petani mengolah sawah atau ladangnya untuk menghasilkan barang-barang hasil pertanian seperti padi, jagung, keledai, tebu, dll.
Contoh kegiatan diatas disebut Produksi.Jadi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa.
B.        Pengertian produksi menurut ilmu ekonomi
Menurut ilmu ekonomi, produksi tidak terbatas pada kegiatan menghasilkan barang atau jasa, tetapi juga kegiatan yang sifatnya menambah nilai atau kegunaan barang yang sudah ada menjadi lebih tinggi nilainya.Perhatikan contoh berikut.
a.         Tukang kayu yang mengecat kursi hasil buatanya.
b.         Pedagang yang membeli sepeda bekas lalu ia bersihkan, perbaiki, dan dicat kembali lalu dijual
Berdasarkan uraian di atas, produksi menurut ilmu ekonomi adalah setiap kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghasilkan/menaikan nilai kegunaan barang/jasa.
c.            distribusi
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan.
2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko, dan arus pemesanan.
Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya ke pasar.

d.        Konsumsi
Manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam .manusia menginginkan agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi.alat pemuas kebutuhan manusia yang terdiri dari barang dan jasa sangat terbatas jumlahnya. “konsumsi adalah setiap kegiatan memakai, menggunakan, atau menikmati barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.”
Adapun pengertian konsumsi dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu konsumsi langsung dan konsumsi tak langsung.Konsumsi langsung merupakan pengkonsumsian barang yang langsung dilakukan oleh penggguna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya, makanan, minuman, dan pakaian yang langsung dipakaioleh pengguna sementara itu, konsumsi tak langsung merupakan pemakaina benda konsumsi berupa barang dan jasa yang tidak secara langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna barang contohnya, pembelian bahan baku pabrik yang akan diproses lebih lanjut untuk keperluan penciptaan barang. Pembelian bahan baku dapat dikategorikan sebagai tindakan konsumsi, tetapi bukan merupakan konsumsi langsung.

4.        FAKTOR PRODUKSI

Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.



a.        Alam
          Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
– Tanah, tumbuhan, hewan.
– Udara, sinar matahari, hujan.
– Bahan tambang, dan lain sebagainya.
          Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung.

b.        Tenaga kerja
          Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.
          Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
a). Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal.
Contoh: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
b).  Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman.
Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
c) Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contoh: tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani

c.         Distribusi
         Yaitu kegiatan menyalurkan atau menjual barangb sampai ke tangan konsumen
@ Macam-macam :
1.       Distribusi pendek/ distribusi langsung (produsen-konsumen)
2.       Distribusi semi langsung, dimana penyaluran barang hasil produksi dari produsen ke konsumen melalui badan perantara (toko) milik produsen itu sendiri.
3.       Distribusi panjang/ distribusi tidak langsung (produsen-distribusi-konsumen)
Lembaga distribusi Adalah orang / badan usaha yang menjadi perantara antara produsen dan konsumen.
@ Lembaga distribusi dapat digolongkan menjadi :
1.  Pedagang, adalah lembaga distribusi yang melakukan pekerjaan membeli hasil produksi untuk dijual kembali atas tanggung jawab sendiri. Pedagang dapat dibedakan menjadi :
(a)    Pedagang besar atau grosir (whoseller) yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dan menjualnya kembali ke para pengecer
(b)   Pedagang kecil / eceran (retailer)

2.  Perantara khusus, adalah lembaga yang menyalurkan barang dari produsen ke konsumen namun tidak bertanggung jawab apabila barang yang disalurkan tersebut tidak laku.  Perantara khusu terbagi dari :
(a)    Agen,
(b)   Lembaga
(c)    Komisioner
(d)   Importir
(e)   Eksportir
d.            Konsumsi
Kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa (baik mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa) untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh kepuasan.
Contoh kegiatan konsumsi antara lain : makan,naik kendaraan umum, menonton tv, membaca buku, dll

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
·         Tingkat pendapatan masyarakat
·         Selera konsumen
·         Harga barang, baik harga barang itu sendiri, barang substitusi maupun barang
komplemeter
·         Tingkat pendidikan masyarakat
·         Jumlah keluarga
·         Lingkungan alam

5.        PERMINTAAN DAN PENAWARAN
5.1      pengertian permintaan dan penawaran
~Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu.
~Penawaran adalah jumlah keseluruhan barang atau jasa yang dijual atau jasa yang akan dijual atau
ditawarkan oleh produsen pada berbagai macam tingkat harga.

5.2      hukum permintaan dan penawaran
~ Hukum permintaan berbunyi, “Jumlah barang yang diminta akan selalu berbanding terbalik dengan harganya, artinya jika harga barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan jika harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan bertambah.
~ Hukum penawaran mengatakan bahwa jumlah barang yang ditawarkan akan selalu terbanding lurus dengan harganya / artinya jika harga barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan bertambah, sebaliknya jika harga turun, maka jumlah barang yang ditawarkan berkurang.

5.3      faktor-faktor yang mempengaruhi
~ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan
1. Perilaku konsumen / selera konsumen
Saat ini handphone blackberry sedang trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa tahun mendatang mungkin blackberry sudah dianggap kuno.
2. Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
Jika roti tawar tidak ada atau harganya sangat mahal maka meises, selai dan margarin akan turun permintaannya.
3. Pendapatan / penghasilan konsumen
Orang yang punya gaji dan tunjangan besar dia dapat membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang dibelinya agar jarang beli.
4. Perkiraan harga dimasa depan
Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka orang akan menimbun atau membeli ketika harganya masih rendah misalnya seperti bbm/bensin.
5. Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen
Ketika flu burung dan flu babi sedang menggila, produk masker pelindung akan sangat laris. Pada bulan puasa (ramadhan) permintaan belewah, timun suri, cincau, sirup, es batu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat tinggi dibandingkan bulan lainnya.

~ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penawaran
1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.
2. Tujuan perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
3. Pajak Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.
4. Ketersediaan dan harga barang pengganti / pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
5. Prediksi / perkiraan harga dimasa depan
Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.

5.4      tabel/skala permintaan dan penawaran
contoh tabel dari pasar buah manga :



5.5      kurva permintaan dan penawaran
~ Kurva Permintaan :


 kurva Penawaran






5.6      fungsi permintaan dan penawaran
A. Fungsi Permintaan
Fungsi Permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.fungsi permintaan adalah suatu kajian matematis yang digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen dan harga.fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut juga menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut meningkat. jadi hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif.

Bentuk umum fungsi permintaan dengan dua variabel adalah sebagai beriut :
Qd = a – bPd    atau  Pd = -1/b ( -a + Qd)
dimana :
a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai negatif
b          = ∆Qd / ∆Pd
Pd        = adalah harga barang per unit yang diminta
Qd       = adalah banyaknya unit barang yang diminta
Syarat, P  ≥  0, Q ≥  0, serta dPd / dQ < 0

untuk lebih memahami tentang fungsi permintaan, dibawah ini disajikan soal dan pembahasan tentang fungsi permintaan.

    Pada saat harga Jeruk Rp. 5.000 perKg permintaan akan jeruk tersebut sebanyak  1000Kg, tetapi pada saat harga jeruk meningkat menjadi Rp. 7.000 Per Kg permintaan akan jeruk menurun menjadi  600Kg,  buatlah fungsi permntaannya ?

Pembahasan :
Dari soal diatas diperoleh data :
P1 = Rp. 5.000      Q1 = 1000 Kg
P2 = Rp. 7.000      Q2 = 600 Kg
untuk  menentukan fungsi permintaannya maka digunakan rumus persamaan garis melalui dua titik, yakni :
y – y1            x – x1
——    =    ——–
y2 – y1         x2 – x1

dengan mengganti x = Q dan y = P maka didapat,
P – P1           Q – Q1
——-    =    ——–
P2 – P1         Q2 – Q1

mari kita masukan data diatas kedalam rumus :
    P    –     5.000                     Q – 1000
———————–  = —————-
   7.000 –  5.000                   600 – 1000

           P – 5.000                 Q – 1000
———————– = —————-
             2.000                        -400

 P – 5.000 (-400)    =  2.000 (Q – 1000)
-400P + 2.000.000 = 2000Q – 2.000.000
2000Q = 2000.000 + 2.000.000 – 400P
Q = 1/2000 (4.000.000 – 400P)
Q = 2000 – 0,2P
============
Jadi Dari kasus diatas diperoleh fungsi permintan Qd = 2000 – 0,2

B. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah persamaan yang menunjukkan hubungan harga barang di pasar dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen. Fungsi penawaran digunakan oleh produsen untuk menganalisa kemungkinan2 banyak barang yang akan diproduksi. Menurut hukum penawaran bila harga barang naik, dengan asumsi cateris paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap), maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan sebaliknya apabila harga barang menurun jumlah barang yang ditawarkan juga menurun. jadi dalam fungsi penawaran antara harga barang dan jumlah barang yang ditawarkan memiliki hubungan posifit, karenanya gradien (b) dari fungsi penawaran selalu positif.

Bentuk umum dari fungsi penawaran linear adalah sebagai berikut:
Qs = a + bPs

dimana :
a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai positif

b = ∆Qs/ ∆Ps
Ps= adalah harga barang per unit yang ditawarkan
Qs= adalah banyaknya unit barang yang ditawarkan
Ps≥ 0, Qs≥ 0, serta dPs/ dQs > 0

Pada saat harga durian Rp. 3.000 perbuah toko A hanya mampu menjual Durian sebanyak 100 buah, dan pada saat harga durian Rp. 4.000 perbuah toko A mampu menjual Durian lebih banyak menjadi 200 buah. dari kasus tersebut buatlah fungsi penawarannya ?
Jawab :
dari soal diatas diperoleh data sebagai berikut :
P1 = 3.000     Q1 = 100 buah
P2 = 4.000     Q2 = 200 buah
Langkah selanjutnya, kita memasukan data-data diatas kedalam rumus persamaan linear a:
 P – P1        Q – Q1
——–  =  ———
P2 – P1      Q2 – Q1

P  – 3.000         Q – 100
————–  = ————-
4.000 – 3.000      200 – 100

     P – 3.000           Q – 100
————–   =  ————-
        1.000                 100

(P – 3.000)(100) = (Q – 100) (1.000)
100P – 300.000  = 1.000Q – 100.000
1.000Q = -300.000 + 100.000 + 100P
1.000Q = -200.000 + 100P
Q = 1/1000 (-200.000 + 100P )
Q = -200 + 0.1P
============
Jadi dari kasus diatas diperoleh Fungsi penawaran : Qs = -200 + 0,1Pd

C. Keseimbangan Harga
Keseimbangan harga di pasar tercapai apabila Qd = Qs atau Pd = Ps, Jadi keseimbangan harga merupakan kesepakatan-kesepakatan antara produsen dan konsumen dipasar.
untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal dibawah ini :

    Tentukan jumlah barang dan harga pada keseimbangan pasar untuk fungsi permintaan Qd = 10 – 0,6Pd dan fungsi penawaran Qs = -20 + 0,4Ps.

Jawab:
Keseimbangan terjadi apabila Qd = Qs, Jadi
10 – 0,6Pd   = -20 + 0,4Ps
0,4P + 0,6P =  10 + 20
P = 30

Setelah diketahui nilai P, kita masukan nilai tersebut kedalam salah satu fungsi tersebut:
Q = 10 – 0,2(30)
Q = 10 – 6
Q = 4,
Jadi keseimbangan pasar terjadi pada saat harga (P)=30 dan jumlah barang (Q) = 4.

6.            Mekanisme pembentukan harga pasar
A. PENGERTIAN HARGA PASAR
– Harga pasar atau Harga keseimbangan adalah Harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pihak pembeli pada tingkatan harga tertentu.
– Pada tingkatan harga tertentu, jumlah barang dan jasa yang diminta sama dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
– Terbentuknya harga ditentukan berdasarkan hukum ekonomi ( hukum permintaan dan hukum penawaran ) yaitu sebagai berikut :
1. Harga akan tetap jika permintaan seimbang.
2. Permintaan makin bertambah, jika harga turun, penawaran akan berkurang
jika harga makin turun.
3. Makin banyak permintaan, harga makin tinggi, makin banyak penawaran,
harga makin rendah.
B. PROSES TERBENTUKNYA HARGA PASAR
– Harga pasar akan tercapai setelah melalui serangkaian proses tawar – menawar antara penjual dan pembeli.
– Apabila harga barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual dirasa terlalu tinggi oleh pembeli maka barang dan jasa tersebut tidak dapat terjual.
– Istilah Surplus dikenal dengan pengertian suatu keadaaan dimana terjadi kelebihan penawaran.
– Istilah Shortage dikenal dengan pengertian suatu keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan
– Prinsip Ceteris Paribus berlaku dalam hal ini, yaitu Harga merupakan satu – satunya faktor yang menentukan permintaan dari pembeli dan penawaran dari penjual.
– Faktor – Faktor yang mempengaruhi harga pasar :
1. Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan jumlah barang atau
jasa terbatas.
2. Tinggi rendahnya biaya produksi.
3. Pandangan masa depan dari produsen atau konsumen.
4. Produsen mengetahui selera konsumen.
5. Penawaran terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan daya beli konsumen
Tetap atau berkurang
– Peranan Harga pasar dalam perekonomian :
1. Menunjukan perubahan kebutuhan masyarakat.
2. Membantu menentukan penawaran.
3. Menggerakkan pengusaha untuk berkreasi terhadap perubahan permintaan
– Fungsi harga pasar adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jenis barang yang akan diproduksi.
2. Menentukan pembagian hasil produksi diantara para konsumen.
3. Menentukan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi.
– Kurva Keseimbangan penawaran dan permintaan :
Harga ( P )
Permintaan
Penawaran
Rp 2500
5
20
Rp 2000
10
15
Rp 1500
12
12
Rp 1000
15
10
Rp 500
20
5
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEI5RLnhMzN_ZdbESyR4okEkU9bSs7yEQZykmGWTJ7J0O5i4fv_qxDE4tQ0VVKH2zFSbgUJjyo-64aUSDVqs6fV40cwsia310Rl2UmlQbD7v8aes7sHdJkgpiPPDwix9-uAhyphenhyphengqnNxQUc/s320/Untitled.jpg








                                                                                                 

7.  ELASTISITAS
7.1      Elastisitas Permintaan
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas permintaan atau price elasticity of demand (PED) adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga.
Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga.Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan terhadap barang tersebut biasanya naik —semakin rendah harganya, semakin banyak benda itu dibeli.Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah permintaan dan persen perubahan harga.Ketika elastisitas permintaan suatu barang menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut dikatakan elastis di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya harga.Sementara itu, barang dengan nilai elastisitas kurang dari 1 disebut barang inelastis, yang berarti pengaruh besar-kecilnya harga terhadap jumlah-permintaan tidak terlalu besar. Sebagai contoh, jika harga sepeda motor turun 10% dan jumlah permintaan atas sepeda motor itu naik 20%, maka nilai elastisitas permintaannya adalah 2; dan barang tersebut dikelompokan sebagai barang elastis karena nilai elastisitasnya lebih dari 1. Perhatikan bahwa penurunan harga sebesar 1% menyebabkan peningkatan jumlah permintaan sebesar 2%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan atas sepeda motor sangat dipengaruhi oleh besarnya harga yang ditawarkan.
koefisien
Elastisitas
n = 0
Inelastis sempurna
0 < n < 1
Inelastis
n = 1
Elastis uniter
1 < n < ∞
Elastis
n = ∞
Elastis sempurna
Untuk barang-barang normal, penurunan harga akan berakibat pada peningkatan jumlah permintaan. Permintaan terhadap sebuah barang dapat dikatakan inelastis bila jumlah barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.Barang dan jasa yang tidak memiliki substitusi biasanya tergolong inelastis. Permintaan terhadap antibiotik, misalnya, dikatakan sebagai permintaan inelastis karena tidak ada barang lain yang dapat menggantikannya. Daripada mati terinfeksi bakteri, pasien biasanya lebih memilih untuk membeli obat ini berapapun biayanya.Sementara itu, semakin banyak sebuah barang memiliki barang substitusi, semakin elastis barang tersebut.
meskipunpermintaan inelastis sering diasosiasikan dengan barang “kebutuhan,” banyak juga barang yang bersifat inelastis meskipun konsumen mungkin tidak “membutuhkannya.” Permintaan terhadap garam, misalnya, menjadi permintaan inelastis bukan karena konsumen sangat membutuhkannya, melainkan karena harganya yang sangat murah.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien elastisitas permintaan adalah
E_d = \left|\frac{\%\ \rm{change}\ \rm{in}\ \rm{quantity}\ \rm{demanded}\ \rm{of}\ \rm{product}\ X}{\%\ \rm{change}\ \rm{in}\ \rm{price}\ \rm{of}\ \rm{product}\ X}\right| = \frac{\Delta Q_d/Q_d}{\Delta P_d/P_d}
atau menggunakan kalkulus differensial:
E_d={P \over Q }\times{{\partial Q}\over{\partial P}}
atau bisa juga:
E_d={P_1 + P_2 \over Q_1 + Q_2}\times{\Delta Q \over \Delta P}
dimana:
P= harga
Q= jumlah
Q_d= jumlah permintaan
P_d= harga permintaan
\Delta Q_d= Q_dbaruQ_dlama
\Delta P_d= P_dbaruP_dlama

7.2      Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa berubah ketika harganya berubah.Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Koefisien Elastisitas Penawaran
Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :
Es = % perubahan kuantitas penawaran / % perubahan harga,
atauhttp://yasinta.files.wordpress.com/2008/08/elasticity-3.jpg?w=251&h=60
Keterangan :
ES = Elastisitas penawaran
Q2 = Kuantitas penawaran setelah perubahan
Q1 = Kuantitas penawaran awal
P2 = Harga setelah perubahan
P1 = Harga awal
Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
Ada lima jenis elastisitas penawaran :
1.             Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat ditambah pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.
2.            Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
3.            Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan perubahan harga.
4.            Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
5.            Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dapat menyuplai berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pada biaya per unit konstan dan tidak ada limit kapasitas produksi.

7.3      Elastisitas Permintaan silang
Elastisitas Permintaan Silang
Elastisitas permintaan silang mengukur bagaimana perubahan kuantitas yang diminta atas sebuah produk mempengaruhi harga produk lainnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
EA,B = elastisitas silang antara produk A dan B
P1B = harga awal produk B
P2B = harga produk B setelah perubahan
ΔQA = kenaikan permintaan produk A
Q1A = kuantitas permintaan awal produk A
Q2A = kuantitas permintaan produk A setelah harga produk B berubah
ΔPB = kenaikan harga produk B
Elastisitas silang berhubungan dengan karakteristik kedua produk, yaitu :
1. Produk substitusi.
Elastisitas permintaan silang adalah positif, dimana kenaikan harga produk A akan menaikkan permintaan atas produk B. Contoh produk substitusi : minyak tanah dan kayu bakar, makanan ringan yang tersedia dalam berbagai merek, beras berkualitas sama mereak A dan B, dan lain sebagainya.
2. Produk komplementer.
Elastisitas permintaan silang adalah negatif , dimana kenaikan harga produk A akan menurunkan permintaan produk B, vice versa. Contoh produk komplementer misalnya bensin dan mobil (mobil tidak dapat digunakan tanpa bensin). Jika harga bensin naik, permintaan akan mobil akan cenderung turun.

7.4      Elastisitas pendapatan
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas pendapatan adalah perubahan dalam permintaan sebagai akibat dari perubahan dalam pendapatan. Misalnya, apabila karena pendapatan meningkat 10%, permintaan suatu barang meningkat 20%, maka elastisitas pendapatannya adalah 20%/10% = 2.
UMUS
\epsilon_d = \frac{\%\ \mbox{perubahan permintaan}}{\%\ \mbox{perubahan pendapatan}}
Elastisitas pendapatan ditentukan oleh jenis produk, yaitu :
1. Produk normal.
Elastisitas pendapatan adalah positif. Misalnya, permintaan akan produk normal akan meningkat jika pendapatan meningkat. Contoh ekstrimnya adalah beras, dapat digantikan dengan ubi sebagai produk inferiornya.
2. Produk inferior.
Elastisitas pendapatan adalah negatif. Misalnya, permintaan akan produk inferior akan menurun jika pendapatan meningkat.

8.      KEBIJAKSANAAN PENETAPAN HARGA OLEH PEMERINTAH
8.1      Kebijakan penetapan harga eceran terendah (floor price)
PENGERTIAN FLOOR PRICE                                                
              Harga dasar : merupakan tingkat harga minimum yang diberlakukan pemerintah.
              Penetapan harga dasar ini bertujuan untuk melindungi produsen, karena dirasakan harga pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah sehingga pendapatan para produsen terancam.
               Untuk melindungi para produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan menetapkan harga minimum atau Harga Eceran Terendah.
               Harga minimum ini lebih tinggi daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan disebut Harga Dasar
(Floor Price ).
PENGARUH FLOOR PRICE TERHADAP PASAR
Sebuah harga dasar ditetapkan di atas harga keseimbangan pasar memiliki beberapa efek samping.
@ Konsumen mendapatkan keadaan mereka sekarang harus
membayar harga yang lebih tinggi untuk produk yang sama.
Sebagai hasilnya, mereka mengurangi pembelian mereka pada
produk tersebut atau keluar dari pasar secara total.
@ Di lain pihak, pemasok menemukan harga yang terjamin, harga
baru lebih tinggi daripada yang mereka pakai sebelumnya.
Sebagai hasilnya, mereka meningkatkan produksi.
Secara keseluruhan,
@ Berarti efek sekarang adalah adanya kelebihan pasokan (dikenal
sebagai “surplus”) dari produk di pasar. Untuk menjaga harga
dasar dalam jangka panjang. Harga keseimbangan ditentukan
ketika kuantitas yang diminta sama dengan kuantitas yang
ditawarkan.

JENIS-JENIS FLOOR PRICE
INELASTIS



              Jika kedua daerah arsiran tersebut dipisahkan maka tampak sebagai berikut:
Arsiran I : pembelian kelebihan oleh pemerintah untuk ditimbun:biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk membeli kelebihan penawaran adalah sebesar S’ SFE’
Arsiran II:Pemberian subsidi kepada petani ;biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk pemberian subsidi adalah sebesar AEFB
Sehingga,AEFB>S’SFE’
Jadi,subsidi lebih mahal daripada pembelian kelebihan.





ELASTIS

jika kedua daerah arsian tersebut dipisahkan maka tampak sebagai berikut :
Arsiran 1 : pembelian kelebihan oleh pemerintah untuk ditimbun : biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk membeli kelebihan penawaran adalah sebesar S’SFE’
Arsiran 2 : pemberian subsidi kepada petani : biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk pemberian subsidi adalah sebesar AEFB
Sehingga AEFB < S’SFE’
jadi pembelian pemerintah lebih mahal daripada subsidi kepada petani
8.2      Kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi (celling price)
PENGERTIAN CELLING PRICE
Price Ceiling atau harga tertinggi adalah harga maksimum yang ditetapkan berkenaan dengan menurunnya penawaran barang di pasar.Price Ceiling efektif dalam melindungi konsumen dari gejolak harga yang tak terhingga.Pada price ceiling, harga maksimum terdapat di bawah harga keseimbangan. Dengan menurunnya harga jual, maka permintaan akan meningkat (hukum permintaan).  Kondisi ini mendorong permintaan terus bertambah, sehingga jumlah barang yang diminta lebih tinggi dari barang yang ditawarkan (shortage).

Cara mengatasi shortage
1. Penjatahan dengan sistem kupon
Kebijakan ini menunjukan bahwa bukan hanya kekuatan uang yang mampu menggerakan mekanisme pasar, tetapi uang dan kupon, sehingga permintaan akan berkurang.
2. Pengeluaran stock persediaan beras
Persediaan yang diperoleh dari hasil pembelian pada waktu panen dapat dikeluarkan pada saat seperti ini. Pemerintah dapat menjual persediaan beras sehingga kekurangan permintaan dapat dipenuhi.
3. Impor
Untuk mengatasi kekurangan terhadap jumlah barang yang diminta pemerintah dapat melakukan impor barang dari luar negeri, kebijakan ini dapat dilakukan apabila kebijakan pemerintah dalam pembelian hasil yang disimpan dalam bentuk stock tidak mencukupi.

8.3      Kombinasi kebijakan floor price dan celling price


Pada dasarnya, floor price dan ceiling price tidak dapat terjadi pada lokasi dan waktu yang bersamaan.Dua kebijakan tersebut terjadi secara bertahap. Dimana pemerintah akan mengeluarkan kebijakan floor price untuk melindungi produsen saat terjadi kemerosotan harga yang dikarenakan kelebihan jumlah hasil produksi. Lalu saat jumlah hasil produksi menurun, pemerintah menetapkan kebijakan ceiling price.
          Dengan adanya kombinasi kebijakan floor price dan ceilling price yang dilakukan oleh pemerintah, maka dapat menstabilkan perekonomian, selain itu antara produsen dan konsumen tidak merasa dirugikan karena masing-masing mendapat harga yang sesuai.

9.      TEORI KONSUMEN
9.1      Teori konsumen dengan pendekatan guna kardinal
Konsumen
Konsumen adalah pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai contoh:
              Pendapatan
              Selera konsumen
              Harga barang

Ciri-ciri pendekatan kardinal
              Dikatakan dalam pendekatan kardinal, kepuasan seorang konsumen diukur
dengan satuan kepuasan. Misalnya: uang.
              Makin banyak yang dikonsumsi, makin besar kepuasan konsumen tersebut.
              Terjadi hukum The Law of Deminishing Marginal Utility.
              Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 barang bisa dihargai dengan
uang.
Setiap penambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.Pendekatan guna kardinal memiliki kelemahan berupa asumsi kepuasan seseorang itu tidak realis.
Karena kepuasan masing – masing orang pada dasarnya adalah hal yang bersifat relatif.Namun kelebihannya yang menonjol adalah mudahnya isi konsepsi pendekatan kardinal untuk lebih dipahami: bahwa pendekatan kardinal mendahului uraian mengenai teori konsumen yang menggunakan pendekatan ordinal.

KESEIMBANGAN KONSUMEN
Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendaptan yang dimilikinya.
Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan.
Konsumen dapat mencaPai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang.
Para ahli ekonom mempercayai bahwa pendekatan kardinal utility  merupakan ukuran kebahagiaan seseorang.
Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi
Sehingga dapat ditunjukkan oleh fungsi sebagai berikut:
U = f ( X1, X2, X3, … Xn)
Dimana “U” adalah utility atau besar kecilnya kepuasan, sedangkan X adalah jenis & jumlah barang yang dikonsumsi.
TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERDIRI DARI DUA KONSEP YAITU:
1.             Total utility (kepuasan total) Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh
yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa
2.            Marginal utility (kepuasan tambahan) Kepuasan tambahan adalah perubahan
total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang
dikonsumsi.

PENDEKATAN KARDINAL MEMPUNYAI 5 ASUMSI, YAITU:
              Konsumsi rasional.Artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
              Berlaku hukum Diminishing Marginal Utility yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
              Pendapatan konsumen tetap yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang teteap supaya pendapatan mereka tetap jika salah satu barang didalam pendekatan kardinal harganya melonjak
              Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan didalam pendekatan kardinal, semakin banyak konsumen mempunyai uang maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka.
              Total utility adalah additive dan independen. Additive artinya daya guna dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi tindakan mengonsumsi barang X2,X3,X4,……Xn dan sebaliknya.

9.2      Teori konsumen dengan pendekatan ordinal
Karakteristik kurva indefferen :
1.   Berlereng/ slope negatif.
2. Cembung ke
arah titik pusat.
3. Tidak saling berpotongan.
4.
Semakin ke kanan menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.

SIFAT–SIFAT KURVA INDIFERENS :
1.             Kurva Indiferens merupakan fungsi kontinyu, bukan kumpulan titik – titik
diskrit, dan selalu melewati titik-titik kombinasi produk.
2.            Bentuk  kurva Indiferens memiliki slope negatif (menurun ke kanan) dan
cembung kearah titik pusat sumbu.
3.            Kurva Indiferens yang terletak lebih jauh dari titik pusat menunjukkan
tingkat kepuasan total yang lebih tinggi, sehingga dua atau lebih kurva
indiferens tidak akan berpotongan.
Kombinasi seorang konsumen dalam mengkonsumsi 2 macam produk berbentuk cembung ke arah titik pusat sumbu dan menurun ke kanan.
Efek Pendapatan Dan Efek Substitusi
Harga suatu produk menimbulkan dua macam efek yaitu :
Efek Pendapatan
Kenaikan atau penurunan harga yang menyebabkan naik atau turunnya pendapatan riil.
Efek Substitusi
Penggantian pilihan terhadap barang lain akibat dari penurunan atau kenaikan harga barang.

10.     TEORI PRODUKSI
10.1   Teori produksi dengan satu input yang bersifat variable
A.      Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Produksi : Suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.
Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam teori ekonomi disebut “fungsi produksi”
Fungsi Produksi :  suatu  persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.
Fungsi produksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
          Q = f (K, L, R, T)
          Q = jumlah output (hasil produksi)
          K = modal (kapital)
          L  = tenaga kerja  (labor)
          R  = kekayaan akan (raw material)
          T  = teknologi



Perlu diketahui bahwa teknologi tidak dianggap sebagai faktor produksi

B.       Produksi Dengan Satu Input Variabel
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel : Q = f (L).
Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Tunduk pada “Law of Diminishing Return”.
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return) menyatakan : bila satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

Tabel 1. Dibawah ini menunjukan sistem produksi dengan satu input variabel dimana dimisalkan Y input faktor produksi modal (kapital) dan X merupakan input faktor produksi variabel tenaga kerja. Dalam Tabel 1. Dimisalkan perusahaan berproduksi dengan menggunakan sejumlah modal tertentu misalnya Y = 2 (artinya Y konstan), dan input variabel tenaga kerja/labor X.
              Produksi Marginal
          Tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.
Rumus : MP = ∆TP/∆L
         
              Produksi rata-rata
          produksi yang secara rata dihasilkan oleh setiap pekerja
Rumus : AP =TP/L
Hubungan antara Total Product (TP), Marginal Product (MP) dan Average Product (AP) dapat digambarkan secara grafik seperti pada gambar 1 berikut ini :
Kurva Total Product dan Marginal Product



Fungsi produksi dengna satu input variabel (misal : tenaga kerja) tunduk pada hukum “the law of deminishing return” yang menyatakan : Bila suatu macam input penggunaannya terus ditambah sebanyak 1 unit, sedangkan input yang lain konstan, pada mulanya Total Product akan semakin besar pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu “produksi tambahan” semakin menurun hingga mencapai nol, dan ini menyebabkn total product semakin lambat pertambahannya dan akhirnya ia (TP) mencapai tingkat maksimum. Bila penambahan input terus dilanjutkan, maka MP-nya akan menjadi negatif dan TP-nya.

A.           Tahap- Tahap Produksi

Pada hakekatnya the law of dimishing return menyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan jumlah input tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan menjadi 3 tahap :
(1)Tahap Pertama : Produksi Total (Total Product) mengalami pertambahan yang semakin cepat.
Tahap ini dimulai dari titik origin semakin kesatu titik pada kurva total product dimana AP (produksi rata-rata) maksimum, dan pada titik ini AP=MP (marginal product).
(2) Tahap Kedua : Produksi Total (Total Product) pertambahannya semakin lama   semakin kecil.
Tahap II ini dimulai dari titik AP maksimum sampai titik dimana MP=0, atau TP maksimum.

(3)  Tahap Ketiga : Produksi total (total product) semakin lama semakin menurun.
Tahap III ini meliputi daerah dimana MP negatif.

·         Inflection point (titik belok) : yaitu titik dimana slope (lereng kurva total product (TP) mulai berubahan.
·         Faktor produksi tetap (fixed input) : yaitu input faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat dirubah dengan segera mengikuti perubahan output. Contoh : Gedung, mesin, managerial, dll.
·         Faktor produksi variabel (variabel input) : yaitu input yang dapat mengikuti perubahan jumlah output yang dihasilkan.

B.            Tahap Produksi Paling Efisien

1)    Tahap I menunjukan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (labor, L) masih sedikit, bila dinaikan penggunaannya, maka produksi rata-rata (average product, AP) naik  dengan ditambahkannya input variabel. Dengan asumsi harga input tenaga kerja (L) tetap, maka dengan naiknya produksi rata-rata (cost of production per-unit) akan menurun dengan ditingkatkannya produksi (output).
Dalam pasar persaingan sempurna (perfect competition), produsen tidak akan pernah beroperasi (berhenti berproduksi) pada tahap I ini, karena dengan memperbesar volume produksi, biaya produksinya perunit akan menurun, hal ini berarti akan memperbesar keuntungan yang ia terima. Jadi pasa tahap I ini “efisiensi produksi” belum maksimal.
2)   Tahap III meliputi daerah dimana produksi marginal (marginal product, MP) negatif. Pada tahap III ini penggunaan input tenaga kerja (L) sudah terlalu banyak, sehingga produksi total (total product, TP) justru akan menurun, jika penggunaan input tenaga kerja (L) tersebut diperbesar, karena MP negatif (efisiensi produksi telah melampaui kondisi maksimal).
3)  Diantara tahap I dan tahap III terdapat tahap II.
Maka berdasarkan pada keadaan tahap I dan tahap III dapat disimpulkan bahwa “efisiensi produksi maksimal” terjadi pada tahap II.


10.2   Teori produksi dengan dua input variable
Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Pengertian Teori Produksi
Bagi kebanyakan manajer perusahaan, persoalan produksi yang dihadapi adalah bagaimana memproduksi suatu produk dengan komposisi yang paling menguntungkan Baik komposisi input yang dipergunakan maupun komposisi jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk memaksimumkan profit, para manajer perusahaan harus berorientasi pada usaha memproduksi secara efisien dengan beban biaya minimal.
Hal ini diartikan sebagai upaya untuk secara terus menerus mencari dan menemukan metode rekayasa memproduksi serta membandingkan metode yang dipakai dengan metode yang sudah pernah digunakan oleh perusahaan sebelumnya.Dari perbandingan tersebut dipilih suatu metode yang merupakan terbaik, dengan menghasilkan keuntungan tertinggi bagi perusahaan.
Pada teori produksi yang biasa dibahas dalam kebanyakan literatur ekonomi manajerial terdapat berbagai macam metode pendekatan. Pendekatan yang pertama ialah pendekatan yang menggunakan satu variabel input. Pendekatan kedua dikenal sebagai pendekatan dua variabel input dan pendekatan ketiga adalah dengan pendekatan biaya total.

Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Teori produksi dengan dua input variabel, misalnya tenaga kerja (L) dan modal (K). Digunakan dalam jangka pendek, dengan asumsi bahwa input K merupakan input tetap, sehingga jumlah output yang dihasilkan hanya tergantung dari jumlah tenaga kerja (L) yang digunakan. Teori produksi dua input variabel hanya memperhitungkan dua macam input, dimana kerdua macam input ini saling dapat menggantikan kedudukan penggunaannya dalam produksi. Artinya jika input yang satu dikurangi atau ditambahkan maka akan dapat digantikan perannya dengan ditambahkan atau dikurangi input yang lain.
Misalnya kita dapat mencontohkan antara input tenaga kerja dan mesin. Antara tenaga kerja dan mesin disini dapat saling mengganti peran dalam melaksanakan fungsi produksi. Kalau tenaga kerja ingin ditambah maka konsekwensinya porsi mesin dapat dikurangi.sebaiknya jika tenaga kerja yang ingin dikurangi maka konsekwensinya harus menambah mesin sebagai penggantinya untuk mencapai target produksi tertentu.

Pengertian Isoquant
          Kurva isoquant adalah suatu kurva (garis) yang menghubungkan titik-titik kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama jumlahnya. Kurva isoquant menunjukkan suatu tingkat output tertentu makin tinggi kurva isoquant menunjukkan tingkat output yang makin besar pula. Sedangkan berbagai kumpulan (himpunan) kurva isoquant yang mungkin dapat dicapai oleh produsen disebut “petakurva isoquant” (isoquant curve map). Karakteristiknya antara lain:
1.             Memiliki slope negative
2.            Cembung ke arah titik pusat sumbu
3.            Dua atau lebih kurva isoquant tidak akansaling berpotongan
4.            Semakin tinggi menjauhi titik 0 menunjukan total produksi semakin tinggi
pula.

Pengertian Isocost
          Kurva isocost adalah suatu garis yang menjelaskan gabungan penggunaan input dengan sejumlah biaya tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa isoquant merupakan berbagai alternatif penggunaan input untuk manghasilkan output yang sama jumlahnya. Namun sampai di situ masalah pemilihan berapa komposisi jumlah input yang akan ditentukan belum bisa dipastikan. Sebab isoquanthanya membahas berbagai alternatif dan kondisi objektif dari sifat kemampuan alamiah dari dua input yang dipergunakan menghasilkan output. Karena pada alternatif mana saja sepanjang isoquant hasilnya sama, yaitu jumlah output yang dihasilkan sama. Pendekatan ini dikenal dengan istilah Isocost, yang diartikan sebagai komposisi input atau kombinasi dua macam input yang akan dipergunakan untuk menghasilkan output yang mampu dibiayai oleh perusahaan.

Keseimbangan Produsen
          Seorang produsen berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan sejumlah pengeluaran (biaya) tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal, atau dengan kata lain untuk menghasilkan sejumlah output tertentu diperlukan biaya minimal.
          Dengan menggabungkan kurva isoquant dengan isocost dapat dia nalisa keseimbangan produsen. Keseimbangan produsen ini terkait dengan penggunaan input optimal. Penggunaan input optimal dapat dibedakan analisanya berupa maksimasi output dan minimasi biaya. Keseimbangan produsen dicapai ketika kurva isocost bersinggungan dengan isoquant.


10.3   Teori produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi ini sering disebut fungsi produksi eksponensial. Bentuk umumnya juga sama, yakni Y = f (Xi) atau dapat ditulis dalam bentuk spesifik Y = aXb, dimana Y adalah variabel yang dijelaskan, X adalah variabel yang menjelaskan, dan a dan b adalah parameter yang diduga.
Kelebihan Cobb- Douglas ini adalah pada pangkat menunjukan pangkat elastisitas produksi. Sedangkan kelemahannya adalah dalam interpretasi perlu dilinierkan dengan proses logaritma atau sering disebut dengan double log; log Y = log a + b log X.

Dari empat bentuk fungsi produksi ini masih banyak bentuk fungsi lainnya seperti fungsi produksi berikut ini :
1.   Constant Elasticity of Substitutions (CES) ; Y =    [ò K-p + ( 1 – ò) L-p]-1/p
2.    Transendental; Y AK1b1 ec1x1 x2b2 ec2x2 + u
3.    Translog; log Y = log b0 + b1 logX1 + b2 logX2 + b3 (logX1 logX2) + u
4.    Semi log; Y = b0 + b1 + b2 logX2
5.    Log Invers atau log linier; log Y = b0 + b1 X1 + b2 X2

Teori dasar pendekatan Cobb Douglas
Beberapa fungsi produktivitas dalam suatu perusahaan sangatlah berperan penting dalam pengembangan produktivitas. Terutama untuk menunjang proses produksi sehingga dapat memberikan beberapa peluang yang diharapkan. Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Hal ini diusulkan oleh Knut Wicksell (1851-1926), dan diuji terhadap bukti statistik oleh Charles Cobbdan Paul Douglas di 1900-1928.
Untuk produksi, fungsi dapat digunakan rumus :
Y = AL α K β , Y = K α β AL,
Dimana:
·                     Y = total produksi (nilai moneter semua barang yang diproduksi dalam setahun)
·                     L = tenaga kerja input
·                     K = modal input
·                     A = produktivitas faktor total
·                     α dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal, masing-masing. Nilai-nilai konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.
Output elastisitas mengukur respons output oleh perubahan tingkat baik tenaga kerja atau modal yang digunakan dalam produksi, ceteris paribus. Sebagai contoh jika α = 0,15, peningkatan 1% tenaga kerja akan mengakibatkan kenaikan sekitar 0,15% pada output.
Selanjutnya, jika:
α + β = 1, α + β = 1,
Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan .Artinya, jika L dan K masing-masing meningkat sebesar 20%, kenaikan Y sebesar 20%.Jika :
α + β < 1, α + β <1,
Kembali ke skala yang menurun, dan jika :
α + β > 1 α + β> 1
kembali ke skala yang meningkat. Dengan asumsi persaingan sempurna dan α + β = 1, α dan β dapat ditunjukkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal pangsa output.
Cobb dan Douglas dipengaruhi oleh bukti statistik yang muncul untuk menunjukkan bahwa tenaga kerja dan modal saham dari total output yang konstan dari waktu ke waktu di negara maju, mereka menjelaskan hal ini dengan statistik fitting -kuadrat regresi fungsi produksi mereka. Saat ini sudah ada keraguan mengenai apakah keteguhan dari waktu ke waktu ada.




Pengukuran Produktivitas dengan Pendekatan Cobb-Douglas

Sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada semua sistem, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem itu dan sumber daya (input) apa saja yang akan digunakan dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output.
Salah satu model pengukuran produktivitas yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X).
Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1.             Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
penerapannya.
2.            Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3.            Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu.
4.            Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji
Kekurangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1.             Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.
2.            Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data yang dipakai sudah benar, terlalu ekstrim ke atas atau sebaliknya. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3.            Dalam praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang terlalu sulit diukur dan dipakai dalam variabel independentdalam pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas.
Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglas adalah:
Q = δ.I α
Keterangan: Q = Output
I = Jenis input yang digunakan dalam proses produksi dan dipertimbangkan untuk dikaji
δ = indeks efisiensi penggunaan input dalam menghasilkanoutput
α = elastisitas produksi dari input yang digunakan

Berikut beberapa analisa mengenai pendekatan cobb douglas :
1. Mentransformasi Persamaan Regresi Linier
Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data-data yang diperoleh harus terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Kemudian data-data dalam bentuk Logaritma Natural tersebut diolah kembali untuk mendapatkan persamaan regresi Y = a + bX, atau dikembalikan pada variabel aslinya dengan Y = Ln Q dan X = Ln I. Maka persamaan regresi menjadi Ln Q = a + b(Ln I). Selanjutnya regresi linier tersebut ditransformasikan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan langkah:
Ln Q = a + b(Ln I)
Ln Q = a + Ln Ib
Ln Q – Ln Ib = a
Q = eaIb
Dengan demikian persamaan Cobb-Douglas telah didapat dengan eamerupakan indeks efisiensi dari proses transformasi, serta a dan b merupakan elastisitas produksi dari input yang digunakan
2. Analisa Efisiensi Proses Produksi
Efisiensi merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan jumlah produksi sebesar-besarnya tanpa melupakan kualitas dari produk yang dihasilkan. Efisiensi proses produksi dapat dilihat dari koefisien intersep fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu:
Indeks efisiensi = ea
Keterangan: e = 2,71828
a = koefisien intersep persamaan regresi
Indeks efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi indeks efisiensi produksi berarti proses transformasi input menjadi outputmenjadi semakin efisien. Selain indeks efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dari perhitungan. Rasio efisiensi menunjukkan perbandingan kemampuan menghasilkan output dengan memakai input yang tersedia.
3. Return to Scale
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan Browning, 1989).
1.             Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale).
2.            Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).
3.            Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale).
4. Elastisitas Produksi ParsialElastisitas produksi parsial berkenaan dengan input tertentu merupakan ukuran perubahan proporsional pada input-nya ketika inputlainnya konstan. Sebelum elastisitas produksi parsial dapat dihitung, terlebih dahulu dicari nilai Total Physical Product, Average Physical Product, dan Marginal Physical Product.
Total Physical Product (TPP) dianggap sebagai hubungan teknis antara satu variabel faktor produksi (input) dan output dapat ditunjukkan oleh suatu fungsi produksi yang secara matematis dapat ditulis (Sudarman, 1989) .

KAS KECIL

  Kas kecil Kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ek...