ILMU EKONOMI MIKRO
Ilmu
ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari
ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta
penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa
yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai
keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan
atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa
selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi
secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk
suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain
tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan
dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta
dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat
pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan umum
Salah
satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya
yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari
sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro
menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi
hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang
dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian
yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai
keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi
asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi
ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan
mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Asumsi dan definisi
Teori
penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan
pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli
dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki
kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan.
Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal,
karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang
lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap
suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi
yang sederhana.
Ekonomi
arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar
lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak
analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut
“kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang
suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh
sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk
digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk
membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari
kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali
pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna
pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan
optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan
perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal
ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa
“kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam
aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan
norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari
tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar
dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa
mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.
Permintaan
untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil
dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara
harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua
barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan
memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model operasi
Diasumsikan
bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan
memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini,
ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:
•
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika
average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada
keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara
dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total
cost dan harga.
•
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika
keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika
average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi
keuntungan.
•
Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable
cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut
dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan
ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin
membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus,
perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap,
tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua
biaya tetapnya.
•
Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan,
perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan
tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan
keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan
bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian
perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya,
perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau
tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam
ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah
pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah
situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi
barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada
situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan
bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi
lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan
istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak
melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya
dibuat dari landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :
•
Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar
dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan
pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi
dengan menggunakan undang-undang anti trust.
•
Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa
kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.”
Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas
positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di
televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi
ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran
air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari
pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti
untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari
usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
•
Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan
publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang
nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang
yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari
barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan
semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan
dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak
ketiga/kesejahteraan sosial).
•
Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian
(informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah
satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang
produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi
dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin
mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar
atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana
pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan
rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya.
Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi
lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga yang
ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow
di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian
dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American
Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi
asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof
menyadari bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari
komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat
sempurnakebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk
mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah “lemon”
(produk yang menyesatkan).
Biaya peluang
Walaupun
biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek
dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat
perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua
keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam
karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya
peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya
peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari
sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke
proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan
suatu jumlah uang yang sama.
Keuntungan
yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah
seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan
menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang
hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani
mungkin mengharapkan untuk mendapatkan
keuntungan
yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga
dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika
memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku,
dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya
di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke
Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Perlu
diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada,
melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang
terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun
rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk
gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi
sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan
tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam –
tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang
yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah
terbesar diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.
Satu
pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan
dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang
yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi
pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang
akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita
bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak
lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena
ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak
ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan
subyektif dengan implikasi etisnya.
Penerapan ekonomi mikro
Ekonomi
mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya
menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri
mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan
merek dagang.Hukum dan Ekonomi
menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari
berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi
Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh.
Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari
rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek
ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi
sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan,
termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.
Politik
ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan
keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari
tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan
udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi
kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti
struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke
modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan
finansial
korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan
institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi,
sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Mekanisme harga dan Sistem Pasar
Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :
1. Sektor proses produksi
2. Sektor rumah tangga.
Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :
1. Pasar hasil produksi (atau pasar output)
Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.
2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).
Di pasar input, sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor rumah tangga sebagai “penjual” faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana). Harga berbagai faktor produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor produksi mempunyai dua fungsi:
a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksiagar biaya produksiserendah mungkin (masalah HOW).
b.Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor produksi (masalah FOR WHOM).
Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :
1.Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada perencanaan lebih dulu.
2.Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.
Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme pasar. Karena :
1.mekanisme ini bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi masyarakat dengan biaya yang sangat murah.
2.Tidak perlu masyarakat menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan berapa masing-masing barang yang harus diproduksikan, bagaimana dan untuk siapa.
Pada
masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan
menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut
menimbulkan :
1.Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas.
2.Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas masyarakat tersebut.
3.Barang-barang
modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tersebut
tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang
hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.
4.Setiapaktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-barang modal;
5.Barang-barang
ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal yang
telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan.
Mekanisme
harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari hasil
produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui
gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga.
1.Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersediamenyisihkan lebih banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada produsen-produksen ( Kredit ke bank)
untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan penambahan
barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan berupa bunga
yang lebih tinggi.
2.Sebaliknya
bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan
penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.
ØKeberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan seberapa besarnya investasi.
Økarena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan produktivitas.
ØKenaikan
produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti
meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan penghasilan
masyarakat.
#Maka
tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga bisa
dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi pokok yang
keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah HOW FAST
PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA
Mekanisme
harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi. Namun
untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak
bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya
di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik
yaitu :
a.Distribusi pendapatan.
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.
b.Ketidaksempurnaan pasar
Apabila
terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara
pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak
mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT
dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.
c.Barang-barang kolektif
Ada
barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh
masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam
infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam
ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat
yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa
dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.
d.Eksternalitas
Mekanisme
pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari
kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan
).
e.Pengelolaan perekonomian secara makro
Dalam
perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk
menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara
total.
Pada
kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa
diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan
baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan
secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut
perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih
efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan
bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi”
yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang
berbeda).
PERMINTAAN PASARdan PERILAKU KONSUMEN
Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :
1.Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
2.Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.
PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Hukum
Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris
paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan
sebaliknya bila harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.
Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :
- Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain (utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
- Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility sebagai berikut:
(a)Utility bisa diukur dengan uang, dan
(b)Hukum
Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa
semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan
(marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun, dan
(c)Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).
Pada Gambar1 marginal utility diatas :
1.Dari
konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan,
semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang
terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].
2.Bila
harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebihrendah
dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum
mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap
tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan
(yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa
pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).
Jadi
ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih
banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah
pembelian barang X.
3.Sebaliknya,
pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total
konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir
dari barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah
sebesar X2D (= OPx); jadi
4.Akan
menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi
(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yangmaksimum pada
tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit
terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit
terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan
dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan total maksimum tercapai bila :
Penjelasannya :
1.Bila
seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk
mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi
equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi
(pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku
konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.
2.Perhatikan
bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility
(yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen,
karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada
berbagai tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :
1.Syarat
ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau
penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap
barang sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga
masing-masing barang.
2.Bila
kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya
mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli
barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa
dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai
kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya
sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :
Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).
Dalam
kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum
Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).
PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve sebagai berikut:
(a)konsumen
mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X dan
Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari
indifference curve,
(b)konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan
(c)konsumen lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.
Definisi: Indifference curve adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasanyang sama.
Asumsi: Indifference curve :
a.turun dari kiri atas ke kanan bawah,
b.cembung ke arah origin,
c.tidak saling memotong,
d.yang
terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi ( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi
ordinal ulility)
Gambar
Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X
memperoleh
sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh
M/Pyatau membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan
kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang
menghubungkan M/Pxdan M/Py
Garis
ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang
maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY
1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara
budget line dengan indifference curve.
(Posisi
ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium
konsumen dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang
tertinggi yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A
hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I 1).
bila
harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y tetap. Maka budget line
akan berayun ke kanan menjadi garisM/Py <-> M/PxPosisi equilibrium
yang baru adalah pada C.
Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen
Menurut Hukum Permintaan terbukti.
Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility, adalah :
(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,
(b)
efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih
lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan
efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari
penurunan harga :
·barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect dan X2 X3 = income effect.
·Substitution
effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena adanya
substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih
rendah dibanding harga Y.
·Income
effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil
karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.
Contoh
: Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa
membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga
beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni
meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp
100.000,00).
Keunggulan
lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya
beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan
konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum
Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah :
a.Penghasilan
atau income riilkonsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang
dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap,
biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi
barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian terjadi
untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan
permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang
inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota.
Barang inferior tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli
adalah barang normal. Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan
income terhadap jumlah barang yang diminta.
06
b.
Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai
“hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan
akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan
akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang
berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.
07
c.
Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh
perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan
harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa
berubah karena perubahan selera.
ØPermintaan
(demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat
dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu
tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris
Paribus)
ØPenawaran
adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada
pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)
Hukum Permintaan
Kurve
permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat
sama. Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda
menurut tempat dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan
menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas
ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi
menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd)
terdapat suatu hubungan yang berbalikan:
–Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang
–Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah
Gejala
mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.:
Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga
tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari
perkecualiannya.
Hal
ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau
harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi
Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh
masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi
demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang
itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga
alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:
I. Pengaruh penghasilan (Income effect)
Kalau
harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama
orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika
harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli
lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan barang-barang lain
pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya
datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat
membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp
500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg
beras per bulan.
Hal
yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga
untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus),
Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan
mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris paribus),
semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan
dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi
disebut “income effect’:
2. Pengarub substitusi (Substitution effect)
Jika
harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya
sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis
disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution effect”.
3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)
Andaikan
seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan
menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai
sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan
uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya mahal.
Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan
merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak
begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak
lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah
dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.
Tinggi-rendahnya
harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu
mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan
konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin
Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility —
LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.
> Persamaan fungsi permintaan
Antara
HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada
hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau
dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung
dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat
dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam
grafik menjadi kurve permintaan.
Kehanyakan
kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk
hiperbola. BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:
a
y=—+ b
x
Tetapi
untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat
“didekati” dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
y = mx + b
dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.
Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:
D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)
D: P= 200 + 50 (garis melengkung)
Q
Dalam
kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve
permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan
persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan
bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus
dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli
oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh
belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti
dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung
garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat
“mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.
08
1.2. PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN
Inti
dan pengertian permintaan yang dibicarakan sarnpai sekarang adalah
hubungan antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG DIMINTA j ika P
naik, Qd herkurang; sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah: Q,
herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P. Dalam kurve permintaan hubungan
tsb. kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah: jika harga
barang turun, akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita
berjalan dan titik yang satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan
yang sama seperti telah digambarkan itu.
Tetapi
kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang
diminta tanpa ada perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga,
tetapi tidak diikuti oleh perubahan dalam jumlah yang mau dibeli. Dalam
hal mi kombinasi dan P dan Q semula ternyata sudah tidak berlaku dan
dikatakan ada perubahan dalarn permintaan (change in Demand). Bagaimana
hal itu dapat terjadi?
Ceteris Paribus
Daftar
permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas
dasar daftar tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’.
Maksudnya ialah:
dan
berbagai faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat
akan suatu barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang
diminta dan harga barang ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut
mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk sementara waktu tidak
diperhatikan dulu, atau dianggap konstan, tidak berubah.
Apa yang dianggap sama?
Faktor-faktor
lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan
masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum diperhatikan karena
dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah:
1. Jumlah pembeli/konsumen
2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan
3. Harga barang-barang lain
4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan
5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan.
Dalam
kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa
yang terjadi jika satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?
Jika
ada perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh
permintaan, yaitu kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli
sekian] akan berubah juga. Jika digambarkan dalam grafik, seluruh kurve
permintaan akan bergeser menjadi kurve permintaan yang baru, yang
berbeda dan yang semula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Jumlah pembeli:
jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga
yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah hanyak juga. dan kurve
permintaan akan bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi misalnya karena
pertambahan penduduk, perbaikan transport sehingga barang tertentu dapat
terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha promosi/perikianan, dsb.
Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan akan alat-alat tulis
tentu bertambah.
2. Besar penghasilan
yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpcngaruh sekali terhadap
permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli
lebih banyak dan segala macam barang dan jasa.
Dalam
hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods
(atau juga disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang yang
permintaannyajustru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Misalnya
orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau jagung, dengan
naiknya penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga
permintaan akan gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut
‘normal goods’ artinya barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan
konsumen naik.
Pengaruh
perubahan penghasilan terhadap permintaan akan suatu barang dapat
diukur dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan persentase
kenaikan jumlah yang diminta dengan persentase kenaikan penghasilan
konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.
3. Harga barang-barang lain
ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu
memperbesar atau justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu
barang tertentu itu tergantung apakah barang lain itu barang pelengkap
(= komplementer), barang pengganti (= substitut) atau barang lepas (=
independent! netral).
> Barang pelengkap (komplementer)
Misalnya
sepeda motor, bensin dan oli saling melengkapi. Jika harga sepeda motor
turun, maka jumlah sepeda motor yang diininta akan bertambah. Akibatnya
permintaan akan bensin bertambah pula. Demikian pula permintaan akan
oil ikut bertambahjuga.
> Barang pengganti (substitut)
Misalnya
kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang lain, kereta api dan
bis malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau harga karcis
kereta api naik, lebih banyak orang akan naik bis. Jadi bila harga
barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang tersebut akan
berkurang, tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru
akan bertambah.
> Barang lepas (independent)
Barang
independent adalah barang yang tidak ada hubungan atau pengaruh
timbal-balik satu sama lain. Apabila harga barang lain itu naik, mungkin
pendapatan real berkurang (= ada income effect) dan hal mi secara tidak
Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah barang/jasa yang diminta.
4. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman,
Iingkungan sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Misalnya
permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama mode pakaian dapat
berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan bahwa
harang yang dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man,
komputer,jam tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi
barang yang biasa.
5. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam
permintaan
masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan
naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik)
sehingga jumlah yang diminta akan naik pada harga yang sama.
Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih dan faktortsb. di atas ialah:
suatu
kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti
bahwa seluruh permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb.
di atas digambarkan dalam grafik, kurve permintaan semula “bergeser” ke
kanan atau ke kin menjadi kurve permintaan yang baru.
Pergeseran kurve permintaan
Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan bergeser ke kanan-atas seperti pada gambar dibawah Artinya:
—Para
konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada
tingkat harga yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang
diminta bertambah dan 5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).
—Jumlah
barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya
harga naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau
dibeli tetap 5 satuan (dan A —> C).
09
Perubahan Dalam Penawaran
ØKurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan Anggapan “ Cateris Paribus “ (bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah )
ØYang dianggap sama Dalam Hal ini :
1.Jumlah Produsen di Pasar
>
Jika jumlah Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah ,
pada tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang
ditawarkan untuk dijual di pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena
persaingan antara produksen tsb, jumlah yang sama mau dijual juga
meskipun pada harga yang lebih rendah.
2.Harga Faktor-Faktor Produksi
>>Bersama
dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksimerupakan input
dalam proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga
bahan baku turun, maka produksen :
–dapat menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan /atau.
–dapat
menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah,
ini berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan
kebawah.
10
Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik, sehingga biaya produksi bertambah, maka :
–Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi
–Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.
Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B
3.Harga Barang-barang Lain :
Jika
berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin
berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama lain
(barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.
4.Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.
a.Jika
diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menahan barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga
memang akan naik >
b.Jika
diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menjual semua barang persediannya selama harga belum merosot <
dan akibatnya harga memang akan merosot/turun >
ØHarga Pasar
–Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
–Jumlah yang mau dijualdi tunjukkan dengan Q s
–Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
·Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang.
·Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu
Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak
antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap
barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.
·Fungsi Pasar adalah
: sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang
dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan
menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi
dapat juga melalui surat atau telepon.
ØPasar Sempurna
adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruhkeadaan
pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
ØPasarPersaingan Sempurna
terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga
lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya samaatau
homogen. Misalnya barang jenis tertentucontoh ikan lele, karena jumlah
penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari
suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri
mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di
pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk
satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.
ØHarga Keseimbangan
Untuk
mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan
harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula
kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga
banyak produsen/penjualnya(= bentuk pasar persaingan).
Dalam
tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg
gula kelapa yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q)
pada berbagai harga(di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
11
Angka-angka
dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena
mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah
yang mau dijual (•) dapat digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
—pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit;
—pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.
Maka
berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan
kata lain: dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di
atas, harga yang manakah yang akan berlaku di pasaran?
Jawabannya
ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang
membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya,
diringkas Demand) dan para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk
menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya
Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga
dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual
(Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan
(Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini.
12
Keterangan Gambar .
Konfrontasi antara permintaan danpenawaran Bawang Putih
Penjelasan :
a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah
harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa
icmbeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp
l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa
tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000
kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000
kg!minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak
terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau
(lihawa pulang, supaya uangnya segera kembali, dli.) tentu akan ada
penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan
harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan
menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli).
Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di
pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia
menurunkan harga — hal mana inenguntungkan bagi pembeli.
b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang
kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar
Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli
sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual
hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan
supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada
konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka
tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih
tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar
yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu,
pasti tidak bisa tahan lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasara,
sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para
pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para
penjual.
Harga Rp 600,- per kg
Pada
harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli
(Qd = 8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu)
tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga
mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk
menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,-
mi disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang
menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran
Hal
yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu
Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan
dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan
pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu
horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak
(sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan:
pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.
13
Keterangan Gambar Harga keseimbangan.
Kurve
Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke
kanan-atas. Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga
keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga itun jumlah yang
diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.
Pada
harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus
hurang yang tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong
untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya jada harga lebih rendah
daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong
pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.
Dan
grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada
liarga keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus.
Surplus mi akan mendorong para penjual untuk menurunkan harga jualnya.
Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi jumlah
yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para
pembeli akan bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum
permintaan). Proses mi berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi
misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800
akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q.
berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.
Demikian
pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P
<600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage).
Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli untuk menawar dengan harga
lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga
dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai
keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan
lama? Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga
Rp 1000 dan Rp 200.
Satu-satunya
harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga
itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk
menambah/ incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga
keseimbangan (Equilibrium price).
Secara matematika
Hal
yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya
kurve D dan kurve S biasanya berbentuk garis melengkung
(hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan, dapat didekati
dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan
gambar harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P =
1400 — 0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan
paris P = —200 + 0,1 Q.
Contoh:
Pemintaan
dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin
liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus
urnum iiiitiik fungsi permmntaan yang berbentuk garis lurus adalah: P =
a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.
Ieiiawaran
pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan
hubungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus
umum untuk fungsi penawaran yang berbentuk garis lurus adalah: P = a +
mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q.
Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.
14
Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.
Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.
Proses penyesuaian
Harga
keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan
keinginan penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang
diinginkan, tanpa adanya kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak
selalu tercapai. mi ternyata dan adanya persediaan barang-barang yang
bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan barang
yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran
diperlukan suatu proses penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu
(mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi digambarkan dalam kurve,
akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai contoh lihatlah
gambar dibawah ini.
15
Keterangan Gambar Proses Penyesuaian.
Pada
P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs =
50 hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100,
Qd memang 50. tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga akan
naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia
membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya
akan dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya
tercapai P = 200 dan Qd Q,s = 30.
Contoh
lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama
menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :
16
–pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit.
–pada harga rendah, para pembeli ingin membelibanyak, tetapi para penjualhanya mau menjualsedikit.
Pertanyaan :
1.Berapa harga Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?
2.dari kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang akan berlaku di pasaran ?
Jawaban :
Setelah
terjadi interaksi antara pembeli dan penjual, akhirnya akan terbentuk
satu harga tertentu, yaitu harga dimana jumlah yang mau dibeli Qd sama
dengan jumlah yang mau dijual Qs. Harga inilah yang disebut dengan harga
pasar atau harga Keseimbangan.
ØPemahaman Tabel harga pasar semangka .
A. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1.Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa pembeli yang bersedian membayar harga setinggi itu.
2.Apakah
Harga Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg.
tetapi pada harga itu pembeli hanya mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi
ada kelebihan sebanyak 7000 kg yang tak terjual.
3.Supaya
barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga danmenjual
barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga
Rp. 2000/kg tidak akan berlaku menjadi harga umum dipasaran.
(
pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “ Buyer Market “ pasar
dikuasai oleh para pembeli. Pembeli dipihak yang kuat, penjual dipihak
yang lemah. Situasi ini menguntungkan pembeli.
B. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1.Apakah
Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 400/kg para pembeli hanya mau membeli
sebanyak11.000 kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi para penjual hanya
menyediakan 6000 kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan
(supply) ssebanyak 5000 kg/minggu.
2.Dalam
situsi ini jelas ada konsumen yang tidak mendapatkan semangka tanpa
biji sebanyak yang diinginkan. Maka tentu ada pembeli yang berani
membeli dengan harga yang lebih tinggi.
3.Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi harga yang umum berlaku. Dan apabila terjadi tidak akan bertahan lama.
(
pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “ para penjuallah yang
menguasai pasar, sedang pembeli pada pihak yang lemah. Karena untuk
mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya.
C. Untuk Harga Rp. 1.200/kg.
1.
pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini jumlah yang dibeli Qd
= 8000/kg dan jumlah yang dijual Qs=8000/kg tepat sama. Tidak ada
kekurangan dan tidak ada kelebihan.
2.
Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak
ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi. (cateris paribus)
3.
Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga Keseimbangan (equilibrium
price), yaitu harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran, atau P
dimana Qd = Qs.
Jadi
harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus. Biasanya terjadi
kegoncangan harga di sekitar titik keseimbangan. Umumnya para produsen
memerlukan waktu untuk nienyesuaikan supplynya dengan kebutuhan
masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat tertentu,
tetapi situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi.
Lebih-lebih harga hasil-hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga
suatu barang tidak stabil, maka penjelasannya baru kita cari dalam
perubahan situasi, entah dan segi Supply, atau dan segi Demand, atau
mungkin dan kedua-duanya sekaligus.
Perlu diingat :
1. Rumus UmumFungsiPermintaanadalah :
P = a – mQ
Misalnya : P = 80 – 0,5 Q
2. Rumus UmumFungsiPenawaranadalah :
P = a + mQ
Misalnya : P = 20 + 0,5 Q
3.Rumus UmumHarga Keseimbanganadalah :
Qs = Qd
20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q
ELASTISITAS
> PENGERTIAN ELASTISITAS
Kurve
permintaan dan penawaran memperlihatkan bagaimana reaksi pembeli dan
penjual (dalam hal banyak-sedikitnya jumlah yang mau dibeli atau dijual)
terhadap perubahan harga. Dalam masalah reaksi ini dipertanyakan lebih
lanjut: berapa besarnya perubahan harga dan berapa besarnya reaksi tsb.
Sehingga para para ahli ekonomi memberikan pengertian “ elastisitas permintaan dan penawaran “
ELASTISITAS PERMINTAAN
Inti
pengertian permintaan adalah: hubungan antara HARGA suatu barang dengan
Jumlah yang mau dibeli. Bentuk kurve permintaan yang turun ke kanan
menunjukkan hagaimana reaksi jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan
harga: kalau P naik, Qd Iislru berkurang, sedang kalau P turun, Qd
justru bertambah.
Tetapi
reaksi konsumen tidak mesti sama untuk pelbagai macam barang. Untuk
heherapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan
harga, artinya:
1witihahan
harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli
berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak
peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli
hampir tidak berkurang. Untuk iiicnyatakan peka-tidaknya jumlah yang mau
dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas,
tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).
PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN
Ealastisitas
(harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau
dibeli) bila ada peruhahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang man
dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya
dinyatakan dalam %
ØJika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.
Artinya:
perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih)
hesar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%.
Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih
besar, misalnya 20%
ØJika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.
Artinya:
meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau
diheli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah
yang diminta hampir tidak bertamhah.
Misalnya
harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta
relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada
barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dli.
Rumus elastisitas permintaan
Elaslisitas
permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang di%chiII
koelisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan
dapat diIiiliiiig dengan hantuan suatu rumus yang sederhana.
Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:
Dibawah ini contoh perhitungan koefisien elastisitas permintaan.
Sebagai contoh kita perbandingkan permintaan akan dua macam barang, yaitu obat nyamuk dan teh hungkus.
Untuk
mcmpermudah pcrbandingannya, kedua barang tersehut digambarkan kurve
permintaannya dalam satu grafik.. Kemudian kita hitung elastisitas
pcrinintaan,misalnya apa yang terjadi dengan jumlah yang diminta (Qd)
kalau harga naik dariRp 200,- menjadi Rp 300,-. Perhatikan cara
kerjanya!
SISTEM HARGA
Dalam
kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat
penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan,
pedagang ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar
pertimbangan dan perbandingan harga.
a.NILAI DAN HARGA
Para
ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada
waktu itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah
pengertian Nilai barang.
ARISTOTELES
(384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah membahas masalah
ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena berguna
untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat
dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi
masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.
Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.
1.Nilai
pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu
kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.
2.Nilai
pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu
barang karena kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya.
Pcnilaian subyektif mi dapat sangat berbeda-beda menurut situasi dan
kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan seseorang dan jumlah barang yang
tersedia.
Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan dengan barang lain di pasar.
a.Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain.
b.Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan ditukarnya dengan barang lain.
Harga
suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur
dengan uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu
barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga
diukur dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk penentuan
harga barang tsb.
Pada
abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral
baik-buruk, halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu
barang itu “adil” (wajar/pantas = just price). Karena harga yang
diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut mempengaruhi
kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai orang
mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini
khususnya berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.
Sementara
itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi
rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu
barang tidak akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi
konsumen, tetapi perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.
Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif
ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan
bahwa nilai (= nilai tukar atau harga) suatu barang diteniukan oleh
biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, nilai
tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya
kerja manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb.
Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain
harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya
bahan-hahan. sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.
DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi
biaya produksi hanya pada tenaga kerja nianusia saja. Jadi harga suatu
harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang telah
dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni
dan barang biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh banyaknya
pengaguran barang seni tsb.: makin banyak penggernarnya, makin tinggi
nilai dan harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain
halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang
banyak. Teorinya dikenal dengan nama teori nilai kerja.
Contoh:
Andaikan
kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk
produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya
sebagai misal saja:
Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan
Jagung (kg) 20
Beras (kg) 10
Kain (meter) 80
Menurut
teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg
jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga”
4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg beras cukup untuk membayar ½meter
kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.
Cara
berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada
waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan
produksi masih serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih terbatas
pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Lagi pula penggunaan
baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-barang
dipertukarkan dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.
KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi
lebih diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan
satu-satunya sumher nilai. Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh
jumlah kerja (rata-rata) yang telah dicurahkan dalam proses
produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa laba (selisih antara
harga jual suatu barang dan biaya produksinya, atau yang disebutnya
“nilai lebih”)
HENRY CAREY (1793-1879)
memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan mtnunjukkan hahwa yang
penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah dikeluarkati (= harga
histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk rnenghasilkan kembali
harang yang sama (= biaya reproduksi).
Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.
Kelemahan
teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari
satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen
saja.
Memang,
biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen.
tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja!
Sebenarnya mereka pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen
pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka membatasi hanya pada segi
hiaya saja. Sementara itusegi kegunaan barang sama sekali diabaikan.